Penjelasan Lengkap Teori Behavioristik
Teori Behavioristik - Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang mempelajari tingkah laku manusia. Ini adalah sebuah teori klasik yang sangat terkenal dalam dunia pendidikan maupun psikologi.
ilustrasi guru dalam bersiap mengajar |
Teori behavioristik ini adalah teori belajar yang menekankan pada hasil belajar dan tidak memperhatikan pada proses berpikir siswa. Menurut teori ini, belajar dipandang sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma Stimulus-Respon, yaitu suatu proses yang memberikan respon tertentu terhadap stimulus yang datang dari luar.
Proses Stimulus-Respon (SR) yaitu dorongan,rangsangan, respon serta penguatan. Ada beberapa jenis teori yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh Behaviorisme yaitu Teori Pengkondisian Klasikal dari Pavlov, serta Teori Connectionism dari Thornaike, Teori Operant Conditioning dari B.F.Skinner, teori Watson, Teori Clark Hull, dan juga Teori Edwin Gutrei. Teori ini memiliki keunggulan dan kelemahan.
Ivan Pavlov |
Keunggulan dari teori ini adalah teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa dan teori ini juga membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar sedangkan kelemahan dari teori ini adalah proses pembelajaran berpusat pada guru dan siswa hanya mendengarkan penjelasan dan menghapal saja sehingga siswa menjadi tidak aktif dan tidak dapat berkembang.
Teori ini digunakan disetiap jenjang pendidikan untuk melaksanakan proses pembelajaran dari dulu sampai sekarang.
Menurut Desmita (2009:44) teori belajar behavioristik merupakan teori belajar yang memahami tingkah laku manusia yang menggunakan pendekatan objektif, mekanistik, dan materialistik, sehingga perubahan tingkah laku pada diri seseorang dapat dilakukan melalui upaya pengkondisian.
Dengan kata lain, mempelajari tingkah laku seseorang seharusnya dilakukan melalui pengujian dan pengamatan atas tingkah laku yang terlihat, bukan dengan mengamati kegiatan bagian-bagian dalam tubuh.
Teori ini mengutamakan pengamatan, sebab pengamatan merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar apabila dapat menunjukkan perubahan prilaku sebgai hasil belajar.
Jika ditinjau dari konsep atau teori, teori behaviorisme ini tentu berbeda dengan teori yang lain. Hal ini kita bisa lihat dalam pembelajaran sehari-hari dikelas. Ada berbagai asumsi atau pandangan yang muncul tentang teori behaviorisme. Teori behaviorisme memandang bahwa belajar adalah mengubah tingkah laku siswa dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan tugas guru adalah mengontrol stimulus dan lingkungan belajar agar perubahan mendekati tujuan yang diinginkan, dan guru pemberi hadiah siswa yang telah mampu memperlihatkan perubahan bermakna sedangkan hukuman diberikan kepada siswa yang tidak mampu memperlihatkan perubahan makna.
Jika dilihat secara sepintas teori behaviorisme ini tentu saling berhubungan dengan teori yang lain. Untuk memberikan pemahaman yang jelas, melalui makalah ini penulis akan mengkaji dan menelaah lebih jauh tentang pengertian teori behaviorisme, keunggulan dan kelemahan behaviorisme, aplikasi teori behaviorisme, dan teori behaviorisme dalam mewujudkan tujuan belajar dan pembelajaran yang sesungguhnya.
Melalui artikel ini diharapkan tidak lagi muncul asumsi yang keliru tentang pendekatan behaviorisme tersebut, sehingga pembaca memang benar-benar mengerti apa dan bagimana pendekatan behaviorisme.
Behaviorisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses mental. Menurut kaum behavioris, perilaku adalah segala sesuatu yang kita lakukan dan bias dilihat secara langsung: anak membuat poster, guru tersenyum pada anak, murid menganggu murid lain, dsb.
Proses mental didefinisikan oleh psikolog sebagai pikiran perasaan, dan motif yang kita alami namun tidak bias dilihat oleh orang lain.
Meskipun kita tidak bisa melihat semua itu adalah nyata, seperti pemikiran anak tentang cara membuat poster, perasaan guru terhadap muridnya.[4] Pandangan Behaviorisme yaitu:
1. Pengkondisian Klasik
Pengkondisian klasik adalah tipe pembelajaran dimana suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli. Dalam pengkondsisan klasik, stimulus netral (seperti melihat seseorang) diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna (seperti makanan) dan menimbulkan kapasitas untuk mengeluarkan respon yang sama.
Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia yaitu desa tempat ayahnya Peter Dmitrievich Pavlov menjadi seorang pendeta. Ia dididik di sekolah gereja dan melanjutkan ke Seminari Teologi. Pavlov lulus sebagai sarjan kedokteran dengan bidang dasar fisiologi. Pada tahun 1884 ia menjadi direktur departemen fisiologi pada institute of Experimental Medicine dan memulai penelitian mengenai fisiologi pencernaan. Ivan Pavlov meraih penghargaan nobel pada bidang Physiology or Medicine tahun 1904.
Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikology behavioristik di Amerika. Karya tulisnya adalah Work of Digestive Glands(1902) dan Conditioned Reflexes(1927).
Classic conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya.
Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang diinginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang.
Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi pipi pada seekor anjing. Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluarlah air liur anjing tersebut. Kini sebelum makanan diperlihatkan, maka yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu, baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan maka air liurpun akan keluar pula.
Makanan adalah rangsangan wajar, sedang sinar merah adalah rangsangan buatan. Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan menimbulkan syarat(kondisi) untuk timbulnya air liur pada anjing tersebut. Peristiwa ini disebut: Reflek Bersyarat atau Conditioned Respons.
Pavlov berpendapat, bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun dapat dilatih. Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip tersebut dilakukan pada manusia, yang ternyata diketemukan banyak reflek bersyarat yang timbul tidak disadari manusia.
Melalui eksperimen tersebut Pavlov menunjukkan bahwa belajar dapat mempengaruhi perilaku seseorang.
Untuk memahami teori pengkondisian klasik Pavlov(1927) kita harus memahami dua tipe stimuli dan dua tipe respon;
- Unconditioned stimulus (US) adalah sebuah stimulus yang secara otomatis menghasilkan respon tanpa ada pembelajaran terlebih dahulu, dalam eksperimen Pavlov adalah makanan,
- Unconditioned response (UR) adalah respon yang tidak dipelajari yang secara otomatis dihasilkan oleh US, dalam eksperimen Pavlov adalah air liur anjing yang merespon makanan,
- Conditioned stimulus(CS) adalah stimulus yang sebelumnya netral yang akhirnya menghasilkan conditioned response setelah diasosiasikan dengan US, diantara stimuli yang terkondisikan dalam eksperimen Pavlov adalah beberapa penglihatan dan suara yang terjadi sebelum anjing menyantap makanan, seperti suara pintu tertutup sebelum makanan ditempatkan dipiring anjing
- Conditioned respose (CR), adalah reson yang dipelajari, yakni respon terhadap stimulus yang terkondisikan yang muncul setelah terjadi pasangan US-CS.
2. Koneksionisme Thorndike (Thorndike’s Connectionism)
Pandangan Edwar Lee Thorndike ( 1874-1949) mengenai pembelajaran yakni bahwa semua pembelajaran dijelaskan melalui hubungan atau ikatan yang dibentuk antara stimulus dan respon. Hubungan-hubungan ini muncul lebih utama melalui trial dan error ( coba dan gagal), yaitu suatu proses yang disebut oleh Thorndike sebagai koneksionisme atau belajar melalui seleksi dan hubungan.
Thorndike, tokoh pendidikan dari Amerika |
Thorndike merumuskan hukum belajar yang tidak fleksibel, melainkan aturan-aturan agar belajar nampak dipatuhi. Dia mengutarakan tiga hukum belajar utama yaitu:
1). Hukum kesiapsiagaaan ( law of readiness)
Makhluk hidup ( manusia dan hewan ) memiliki kesiapan untuk membentuk hubungan-hubungan, jika makhluk hidup melakukanya akan mendapatkan kepuasaan dan jika tidak melakukannya akan merasa kecewa.
Kesiapsiagaan seperti seorang petugas pengintai yang mengirim sinyal ke stasiun yang menjadi tujuan kereta untuk membuka palang pintu perlintasan. Sekolah tidak dapat memaksa siswa untuk belajar jika mereka tidak siap secara fisik dan psikologis. Mereka dapat belajar jika mereka sudah merasa siap.
2) Hukum latihan ( Law of exercise)
Hukum ini menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dan respon itu akan kuat apabila suatu kegiatan sering dilakukan atau semakin sering suatu perbuatan dilakukan maka semakin kuat hubungan antara stimulus dan respon, sebaliknya hubungan antara stimulus dan respon akan lemah apabila intensitas suatu perbuatan menurun.
Hukum ini mendapat kritikan dari banyak orang bahwa hukum latihan semata tidak cukup untuk melakukan perbaikan, mesti juga ada kesadaran dari pelaku akibat yang dapat ditimbulkan dari suatu perbuatan.
3) Hukum Pengaruh (Law of effect )
Hukum ini merupakan hukum yang paling penting. Hukum effek menyatakan bahwa respon yang dibarengi oleh kepuasan akan terjadi hubungan yang lebih kuat antara stimulus dan respon, jika respon dibarengi oleh perasaan tidak menyenangkan maka hubungan antara stimulus dan respon akan melemah.
Semakin tinggi tingkat kepuasan maka semakin kuat hubungan antara stimulus dan respon jika semakin besar perasaan yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan maka semakin lemah pula hubungan antara stimulus dan respon.
3. Pengkondisian Operan
Pengkondisian operan/ instrumental adalah sebentuk pembelajaran di mana kosekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi. Arsitek utama dari Pengkondisian operan adalah B.F Skinner, yang pandangannya didasarkan pada Pandangan E.L. Thorndike.
Pengkondisian operan skinner, di mana konsekuensi perilaku akan menyebabkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan terjadi, penguatan(imbalan) meningkatkan probabilitas sebaliknya, hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku.
- Penguat positive ( positive reinforce) stimulus yang kehadiranya memperkuat prilaku
- Penguat negative ( negative reinforce) stimulus yang dengan ketiadaannya menguatkan prilaku
- Hukuman, peristiwa yang mengakibatkan berkurangnya frekuensi prilaku.
Penguat bisa positif dan negative, yang dapat meningkatkan perilaku, dalam hukuman perilakunya berkurang
4. Teori Systematic Behaviour Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respons untuk menjelaskan pengertian tentang belajar. Dalam hal ini, ia sangat terpengaruh oleh teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles Darwin.
Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan hidup manusia. Oleh sebab itu, teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemenuhan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia.
Sehingga stimulus dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respons yang mungkin akan muncul dapat bermacam-macam bentuknya. Dalam kenyataannya, teori-teori demikian tidak banyak digunakan dalam kehidupan praktis, terutama setelah Skinner memperkenalkan teorinya. Hingga saat ini, teori Hull masih sering dipergunakan dalam berbagai eksperimen di laboratorium.
5. Teori Conditioning Edwin Guthrie
Demikian halnya dengan Edwin Guthrie, ia juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respons untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Menurut Edwin, stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau pemuasan biologis sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Clark dan Hull. Dalam hal ini, hubungan antara stimulus dan respons cenderung hanya bersifat sementara.
Oleh sebab itu, dalam kegiatan belajar perlu diberikan sesering mungkin stimulus agar hubungan antara stimulus dan respons bersifat lebih tetap. Ia juga mengemukakan agar respons yang muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan menetap, sehingga diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan dengan respons tersebut.
Guthrie juga percaya bahwa hukuman(punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah kebiasaan dan perilaku seseorang.
Setelah Skinner mengemukakan dan mempopulerkan pentingnya penguatan (reinforcement) dalam teori belajarnya, sehingga hukuman tidak lagi dipentingkan dalam belajar.
6. Teori Operan Conditioning Skinner
Konsep-konsep yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar mampu mengungguli konsep-konsep lain yang dikemukakan oleh para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana dan dapat menunjukkan konsepnya tentang belajar secara komprehensif. Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respons yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang digambarkan oleh para tokoh sebelumnya.
Oleh sebab itu, untuk memahami tingkah laku seseorang secara benar perlu terlebih dahulu memahami hubungan antara stimulus satu dengan lainnya, serta memahami respons yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin akan timbul sebagai akibat dari respons tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa, dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah.
Sebab, setiap alat yang dipergunakan perlu penjelasan lagi, demikia seterusnya. Dari semua pendukung Teori behavioristik, Teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berpogram, modul, dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner.
Penerapan Pendekatan Behavioristik Dalam Pembelajaran
Aliran psikologi yang sangat berpengaruh terhadap pengembangan teori dan praktek pendidikan serta pembelajaran hingga kini adalah behavioristik. Aliaran ini menekankan pada pembentukan perilaku yang tampak asebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.
Istilah-istilah seperti hubungan stimulus-respon, individu atau siswa pasif, perilaku sebagai hasil belajar yang tampak, pembentukan perilaku (Shaping) dengan penataan kondisi secara ketat, ini semua merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam teori behavioristik.
Siswa dalam proses belajar |
Teori ini hingga sekarang masih merajai praktek pembelajaran di ndonesia. Hal ini tampak dengan jelas pada penyelenggaraan pembelajaran dari tingkat paling dini, sepertikelompok bermain, taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, bahkan sampai diperguruan tinggi, pembentukan prilaku dengan cara drill (pembiasaan) reinforcement atau hukuman masih sering dilakukan.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapahal seperti; tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyeknya, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan kepada seorang yang belajar atau siswa.
Siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami murid.
Fungsi mind atau pikiran adalah untuk meniru struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipili , sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristtik struktur pengetahuan tersebut.
Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai sesuatu yang ada didunia nyata telah terstruktur rapi dan teratur, maka siswa atau seorang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan lebih dulu secara ketat.
Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat sensial dengan belajar sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan kedisplinan.
Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa atau peserta didik adalah objek yang harus diperlakukan sesuai dengan aturan, sehingga control belajar harus dipegang oleh system yangberada diluardiri siswa.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic”, yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.
Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secaraketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajin tersebut. pembelajaran
Evaluasi menekankan pada respon positif, ketrampilan secaraterpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut satu jawaban benar. Maksudnya, bila siswa menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.
Evaluasi belajar dipandang sebagai bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan siswa secara individual.
Secara umum langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori behavioristik yang dikemukakan oleh Siciati dan Prasetyo Irawan (2001) dapat digunakan dalam merancang pembelajarn. Langkah-langkah tersebut meliputi:
- Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.
- Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasikan pengetahuan awal (entry behavior) siswa.
- Menentukan materi pelajaran
- Memecahkan materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok bahasan, sub pokok bahasan, topik, dsd.
- Menyajikan materi pelajaran
- Memberikan stimulus, dapat berupa: pertanyaan baiksecara lisan maupun tulisan, tes/kuis , latihan, atau tugas-tugas.
- Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan siswa
- Memberikan penguatan/reinforcement (mungkin penguatan positif ataupun penguatan negative), ataupun hukuman.
- Memberikan stimulus baru
- Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan siswa.
- Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman.
- Evaluasi hasil dan proses belajar.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik.
Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah.
Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pembelajar.
Demikianlah artikel dari Adi Fun Learning tentang teori behavioristik. Perlu dicatat bahwa teori ini hanyalah satu dari sekian banyak teori yang ada. Dan setiap teori pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. (Adi Fun Learning)
Posting Komentar untuk "Penjelasan Lengkap Teori Behavioristik "
Komentar Anda akan muncul setelah kami moderasi. Terima kasih sudah berkunjung.