Class Project Membuat Reading Corner Di Kelas
Proyek Membuat Reading Corner - Salah satu kegemaran saya ketika menjadi class teacher adalah menata ruang kelas sedemikian rupa. Ada keseruan tersendiri, terlebih jika apa yang kita tata ternyata digunakan sebaik-baiknya oleh anak-anak.
Donnie anak yang pandai. Setelah saya tanya, ternyata ada banyak hal yang menarik dari Donnie.
Sedari kecil ia gemar membaca. Ayah dan ibunya memenuhi hasrat baca Donnie dengan baik. Ada ratusan koleksi buku yang ia miliki. Mayoritas terbitan luar negeri dan berbahasa Inggris. Sisanya terbitan nasional.
Donnie selalu mengambil beberapa buku dari perpustakaan dan membawanya ke kelas. Ia bisa menghabiskan seluruh waktu istrihat kedua yang sekitar 25 menit itu untuk membaca. Sesekali dengan menikmati es jeruk atau jus mangga dari tumblernya.
Memang ia tak merasa lapar. Bekalnya sudah ia habiskan di kala istirahat pertama. Berkali-kali saya tanya, mengapa ia tidak bermain bersama teman-temannya. Ternyata jawabannya simpel.
Ia sudah lelah bermain dengan temannya di jam pertama setelah makan. Ia juga selalu bermain basket atau futsal sambil menunggu ayahnya menjemputnya.
Maka di istirahat kedua, ia memilih duduk tenang, sambil menikmati bacaan-bacaannya. Ia suka sekali komik WHY atau majalah bilingual. Kemampuan Bahasa Inggrisnya memang sangat luar biasa dan nyaris setara native speaker.
Melihat kebiasaan Donnie, akhirnya sayapun bereksperimen. Apalagi kalau bukan membuat sebuah proyek untuk membuat anak-anak yang sealiran dan sepemikiran dengan Donnie merasa lebih nyaman. Di awal semester berikutnya, kamipun membuat ‘Reading Corner’.
Tentu karena fakta bahwa ternyata minat baca siswa kita cukup rendah dibanding negara lainnya. Padahal membaca adalah salah satu skill mutlak untuk menggapai pengetahuan dan menyusun alur logika yang benar.
Tentu dengan menyediakan buku-buku yang berkualitas, bukan aba-abal apalagi tidak ilmiah dan cenderung menyesatkan alur logika yang benar.
Selain itu, Donnie memberi inspirasi bahwa tidak semua anak suka dengan kegiatan lari-lari dan kejar-kejaran. Ada anak yang menyukai saat-saat mereka menyelami lembar demi lembar buku yang mereka baca. Bukankah jadi guru harus adil?
Tentu dengan adanya buku di dalam kelas (yang mana dekat dengan jangkauan mereka tinimbang school library), maka siswapun terstimuli untuk membaca.
2. Membuat kelas menjadi lebih kondusif (lihat bagian rules).
Ada aturan yang mengatakan siswa lain dilarang berlarian di kelas jika ada teman membaca. Ini menyangkut politeness.
3. Menciptakan suasana intelektual sedari dini.
Siswa menjadi terbiasa dengan buku dan pengetahuan, sehingga tumbuh menjadi generasi cerdas yang tidak mudah diserang hoax maupun menjadi sarana provokasi oknum-oknum tertentu.
4. Menghadirkan alternatif kegiatan siswa (menangkal rasa bosan).
Tidak semua siswa suka kegiatan fisik terus menerus. Kehadiran reading corner menjadi semacam alternatif bagi siswa yang bosan berlarian dan bermain.
5. Meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Siswa akan terlibat secara langsung dalam proyek ini. Hal tersebut adalah nilai tambah bagi reading corner dan tentu saja guru serta siswa.
6. Meningkatkan sense of belonging siswa.
Karena buku ini adalah sesuatu yang merupakan milik siswa sekaligus milik bersama, tentu saja siswa akan semakin bertanggung jawab.
7. Meningkatkan wawasan siswa.
Dengan adanya buku, maka siswa akan semakin bertambah wawasannya. Tentu saja mereka harus membaca dan meresapinya.
8. Sebagai alternatif kegiatan class project.
Membuat reading corner bisa menjadi salah satu proyek yang menyenangkan. Ada keterlibatan, elaborasi ide, dan kepatuhan pada rules. Tentu ini sangat bermanfaat.
1. Mengutarakan ide kepada siswa (engagement).
Pertama, saya mengutarakan ide ini pada siswa. Luar biasa ketika kami bermain voting, semua siswa agree untuk melakukannya.
2. Memaparkan rencana (planning).
Tentu saja sebagai guru, saya oknum yang paling bertanggung jawab untuk membuat rencana. Namun melibatkan siswa, mengapa tidak?
Saya memaparkan garis besarnya, lalu siswa membuat rencana lebih lanjut, seperti :
a. Mendekor tempat.
b. Menulis kata-kata mutiara.
c. Membuat daftar pinjam.
d. Lainnya.
3. Membuat daftar (listing).
Tidak semua buku bisa kami letakkan di daftar reading corner. Buku-buku yang berkualitas dan tentu saja jauh dari hal-hal seperti propoganda, ilmu yang menyesatkan (walau sedang hot), serta yang berpotensi mengkampanyekan kekerasan atau pornografi tentu saja tidak akan saya biarkan masuk list.
4. Mengumpulkan buku (collecting).
Butuh waktu seminggu untuk mengumpulkan cukup banyak buku. Setiap anak minimal membawa satu bacaan maksimal tiga.
Kami juga mendapat support penuh dari librarian yang baik hati.
5. Menyusun aturan (making rules).
Ada beberapa aturan seperti :
a. Dilarang berebut buku.
b. Wajib menulis daftar.
c. Sebulan sekali menulis resensi dan mengumpulkannya.
d. Dilarang mengganggu dan ramai bila ada teman yang membaca.
6. Memantau perkembangan (monitor the progress)
Perkembangannya luar biasa. Daftar selalu penuh. Tentu Donnie berada di daftar teratas.
7. Reward.
Untuk beberapa alasan, saya memberikan reward tertentu kepada siswa dengan beberapa kategori.
Demikian proyek membuat pojok literasi atau tempat baca. Mungkin Anda pernah juga melakukannya? Kenapa tidak menceritakannya di kolom komentar?
Pojok Baca |
Daftar Isi:
Anak-anak Suka Membaca
Pernah suatu kali ada seorang murid yang selalu menghabiskan waktu istrirahat kedua dengan membaca. Sebut saja namanya Donnie.Donnie anak yang pandai. Setelah saya tanya, ternyata ada banyak hal yang menarik dari Donnie.
Sedari kecil ia gemar membaca. Ayah dan ibunya memenuhi hasrat baca Donnie dengan baik. Ada ratusan koleksi buku yang ia miliki. Mayoritas terbitan luar negeri dan berbahasa Inggris. Sisanya terbitan nasional.
Donnie selalu mengambil beberapa buku dari perpustakaan dan membawanya ke kelas. Ia bisa menghabiskan seluruh waktu istrihat kedua yang sekitar 25 menit itu untuk membaca. Sesekali dengan menikmati es jeruk atau jus mangga dari tumblernya.
Memang ia tak merasa lapar. Bekalnya sudah ia habiskan di kala istirahat pertama. Berkali-kali saya tanya, mengapa ia tidak bermain bersama teman-temannya. Ternyata jawabannya simpel.
Ia sudah lelah bermain dengan temannya di jam pertama setelah makan. Ia juga selalu bermain basket atau futsal sambil menunggu ayahnya menjemputnya.
Maka di istirahat kedua, ia memilih duduk tenang, sambil menikmati bacaan-bacaannya. Ia suka sekali komik WHY atau majalah bilingual. Kemampuan Bahasa Inggrisnya memang sangat luar biasa dan nyaris setara native speaker.
Melihat kebiasaan Donnie, akhirnya sayapun bereksperimen. Apalagi kalau bukan membuat sebuah proyek untuk membuat anak-anak yang sealiran dan sepemikiran dengan Donnie merasa lebih nyaman. Di awal semester berikutnya, kamipun membuat ‘Reading Corner’.
Tujuan Membuat Pojok Baca
Ada banyak alasan untuk membuat sebuah pojok membaca yang berisi aneka buku tersebut. Kisah Donnie adalah salah satunya. Bagaimana dengan yang lain.Tentu karena fakta bahwa ternyata minat baca siswa kita cukup rendah dibanding negara lainnya. Padahal membaca adalah salah satu skill mutlak untuk menggapai pengetahuan dan menyusun alur logika yang benar.
Tentu dengan menyediakan buku-buku yang berkualitas, bukan aba-abal apalagi tidak ilmiah dan cenderung menyesatkan alur logika yang benar.
Selain itu, Donnie memberi inspirasi bahwa tidak semua anak suka dengan kegiatan lari-lari dan kejar-kejaran. Ada anak yang menyukai saat-saat mereka menyelami lembar demi lembar buku yang mereka baca. Bukankah jadi guru harus adil?
Manfaat Pojok Baca
1. Meningkatkan minat baca siswa.Tentu dengan adanya buku di dalam kelas (yang mana dekat dengan jangkauan mereka tinimbang school library), maka siswapun terstimuli untuk membaca.
2. Membuat kelas menjadi lebih kondusif (lihat bagian rules).
Ada aturan yang mengatakan siswa lain dilarang berlarian di kelas jika ada teman membaca. Ini menyangkut politeness.
3. Menciptakan suasana intelektual sedari dini.
Siswa menjadi terbiasa dengan buku dan pengetahuan, sehingga tumbuh menjadi generasi cerdas yang tidak mudah diserang hoax maupun menjadi sarana provokasi oknum-oknum tertentu.
4. Menghadirkan alternatif kegiatan siswa (menangkal rasa bosan).
Tidak semua siswa suka kegiatan fisik terus menerus. Kehadiran reading corner menjadi semacam alternatif bagi siswa yang bosan berlarian dan bermain.
5. Meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Siswa akan terlibat secara langsung dalam proyek ini. Hal tersebut adalah nilai tambah bagi reading corner dan tentu saja guru serta siswa.
6. Meningkatkan sense of belonging siswa.
Karena buku ini adalah sesuatu yang merupakan milik siswa sekaligus milik bersama, tentu saja siswa akan semakin bertanggung jawab.
7. Meningkatkan wawasan siswa.
Dengan adanya buku, maka siswa akan semakin bertambah wawasannya. Tentu saja mereka harus membaca dan meresapinya.
8. Sebagai alternatif kegiatan class project.
Membuat reading corner bisa menjadi salah satu proyek yang menyenangkan. Ada keterlibatan, elaborasi ide, dan kepatuhan pada rules. Tentu ini sangat bermanfaat.
Cara Membuat Pojok Baca
Dan inilah langkah-langkah yang saya buat dalam membuat Reading Corner di kelas.1. Mengutarakan ide kepada siswa (engagement).
Pertama, saya mengutarakan ide ini pada siswa. Luar biasa ketika kami bermain voting, semua siswa agree untuk melakukannya.
2. Memaparkan rencana (planning).
Tentu saja sebagai guru, saya oknum yang paling bertanggung jawab untuk membuat rencana. Namun melibatkan siswa, mengapa tidak?
Saya memaparkan garis besarnya, lalu siswa membuat rencana lebih lanjut, seperti :
a. Mendekor tempat.
b. Menulis kata-kata mutiara.
c. Membuat daftar pinjam.
d. Lainnya.
3. Membuat daftar (listing).
Tidak semua buku bisa kami letakkan di daftar reading corner. Buku-buku yang berkualitas dan tentu saja jauh dari hal-hal seperti propoganda, ilmu yang menyesatkan (walau sedang hot), serta yang berpotensi mengkampanyekan kekerasan atau pornografi tentu saja tidak akan saya biarkan masuk list.
4. Mengumpulkan buku (collecting).
Butuh waktu seminggu untuk mengumpulkan cukup banyak buku. Setiap anak minimal membawa satu bacaan maksimal tiga.
Kami juga mendapat support penuh dari librarian yang baik hati.
5. Menyusun aturan (making rules).
Ada beberapa aturan seperti :
a. Dilarang berebut buku.
b. Wajib menulis daftar.
c. Sebulan sekali menulis resensi dan mengumpulkannya.
d. Dilarang mengganggu dan ramai bila ada teman yang membaca.
6. Memantau perkembangan (monitor the progress)
Perkembangannya luar biasa. Daftar selalu penuh. Tentu Donnie berada di daftar teratas.
7. Reward.
Untuk beberapa alasan, saya memberikan reward tertentu kepada siswa dengan beberapa kategori.
Demikian proyek membuat pojok literasi atau tempat baca. Mungkin Anda pernah juga melakukannya? Kenapa tidak menceritakannya di kolom komentar?
Posting Komentar untuk "Class Project Membuat Reading Corner Di Kelas"
Komentar Anda akan muncul setelah kami moderasi. Terima kasih sudah berkunjung.